Sejarah Defibrillator dan Penemunya, Dr. Paul Zoll
Salah satu penemuan bersejarah yang mengubah dunia medis adalah penemuan alat kejut jantung yang dikenal sebagai Defibrillator. Dengan ditemukannya alat bantu medis tersebut, banyak orang yang terkena henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest) dan serangan jantung bisa diselamatkan.
Melihat lagi kebelakang, artikel kali ini akan membahas tentang sejarah defibrillator, siapa penemunya dan bagaimana perkembangannya saat ini. Yuk, langsung saja kita bahas selengkapnya!
Penemuan Defibrillator
Defibrillator adalah alat bantu medis yang digunakan untuk menyediakan arus listrik yang kuat ke jantung seseorang dengan tujuan untuk mengembalikan ritme jantung yang normal. Alat ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1956 oleh Dr. Paul Zoll, seorang ahli jantung yang bekerja di Beth Israel Hospital, Boston.
Pada awalnya, alat ini hanya tersedia di rumah sakit dan digunakan oleh tenaga medis yang terlatih. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, defibrillator semakin mudah didapat dan bisa digunakan oleh siapa saja, termasuk oleh masyarakat umum.
Tentang Dr. Paul Zoll
Dr. Paul Zoll adalah seorang dokter dan peneliti Amerika yang dikenal karena karya rintisannya di bidang kardiologi. Dia dikreditkan dengan mengembangkan defibrillator jantung eksternal pertama, perangkat yang digunakan untuk mengembalikan irama jantung normal pada pasien yang mengalami serangan jantung atau keadaan darurat jantung lainnya.
Dr. Zoll juga memberikan kontribusi yang signifikan untuk memahami mekanisme aritmia jantung, dan penelitiannya membantu meletakkan dasar untuk pengembangan perawatan dan terapi baru untuk penyakit jantung. Dr Zoll menerima banyak penghargaan dan gelar kehormatan sepanjang karirnya, dan karyanya memiliki dampak yang signifikan pada bidang kardiologi dan kehidupan jutaan orang di seluruh dunia.
Apa itu AED?
Saat ini sudah tersedia defibrillator otomatis yang dikenal sebagai Automated External Defibrillator (AED). Hampir sama seperti defibrillator manual, AED digunakan untuk menolong korban henti jantung mendadak. Ada sedikit perbedaan antara AED dan Defibrillator manual, yang akan kami jelaskan juga di artikel ini.
Keunggulan AED adalah dari segi kemudahan pemakaiannya. AED dapat digunakan oleh orang awam sekalipun, cukup dengan sedikit pengetahuan maka masyarakat umum bisa menggunakannya.
Saat ini, AED tersedia di banyak tempat, seperti di bandara, stasiun kereta, dan tempat-tempat umum lainnya. Bahkan untuk di industri olahraga seperti sepak bola, sudah ada peraturan tentang ketersediaan alat bantu medis ini sebelum pertandingan berlangsung.
Peran AED di ruang publik sangat penting dalam menyelamatkan jiwa orang yang mengalami serangan jantung dan dapat menjadi perbedaan antara hidup dan mati bagi seseorang. Ada begitu banyak kasus henti jantung setiap tahunnya, dan kasus tersebut terjadi di berbagai tempat tanpa pandang bulu.
Fungsi AED
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, Fungsi AED adalah untuk memberikan defibrilasi kepada pasien yang mengalami henti jantung mendadak. Defibrilasi adalah proses memberikan tegangan listrik kepada jantung untuk mengembalikan ritme jantung yang normal. Bila ritme jantung tidak normal, jantung tidak dapat memompa darah dengan efektif, yang dapat menyebabkan kegagalan jantung dan bahkan kematian.
AED dapat membantu mengidentifikasi jenis aritmia jantung yang sedang dialami pasien dan memberikan defibrilasi yang tepat. Alat bantu medis ini juga dilengkapi dengan petunjuk yang mudah dipahami yang memberikan instruksi tentang cara menggunakannya. Selain itu, alat ini juga dapat memberikan instruksi tentang bagaimana melakukan CPR (resusitasi jantung-paru) bila diperlukan.
Perbedaan Defibrillator Manual dan AED
Defibrillator manual adalah alat bantu medis yang harus digunakan oleh tenaga medis yang terlatih, sedangkan Automated External Defibrillator (AED) adalah defibrillator otomatis yang bisa digunakan oleh siapa saja, termasuk oleh masyarakat umum. Perbedaan lain antara keduanya adalah:
-
Sistem deteksi
Defibrillator manual memerlukan tenaga medis untuk menentukan apakah pasien membutuhkan defibrilasi atau tidak, sedangkan AED memiliki sistem deteksi yang akan menganalisis ritme jantung pasien dan memberikan instruksi kepada pengguna apakah perlu atau tidak melakukan defibrilasi. -
Instruksi
Defibrillator manual tidak memberikan instruksi kepada pengguna, sehingga tenaga medis harus memahami cara menggunakan alat tersebut. AED, di sisi lain, memberikan instruksi yang jelas kepada pengguna melalui suara atau tulisan yang tertera di layar. -
Ukuran dan berat
Defibrillator manual biasanya lebih besar dan lebih berat dibandingkan AED, sehingga lebih sulit untuk dibawa kemana-mana. AED lebih kecil dan lebih ringan, sehingga lebih mudah dibawa kemana-mana. -
Biaya
Defibrillator manual biasanya lebih mahal dibandingkan AED, karena memerlukan lebih banyak teknologi dan fitur.